Review dan Kumpulan Kutipan Buku LANGIT MERBABU



DETAIL BUKU

Penulis         : Rons Imawan
Tahun          : 2017
Genre           : Antologi Cerpen Misteri
Penerbit       : Bentang Belia
Cover           : Softcover
Tebal            : 308 halaman
Cetakan        : Original
Harga           : Rp 25.000,- (Desember 2019 – Event OUT OF THE BOOX Mizan Publisher)
Keterangan : Cover Cetakan I, Maret 2017

REVIEW


Assalamu’alaikum...
Salam lestari!

Semalam aku baru saja pulang setelah mengunjungi Merbabu dan Merapi. Tapi lewat imajinasi. Hehe. Berkat rangkaian kata dari Rons Imawan dari buku Langit Merbabu, aku seperti bisa merasakan telah bertualang di dua gunung di Jawa Tengah yang letaknya saling berhadapan itu, Gunung Merbabu yang punya ketinggian 3142 MDPL dan Gunung Merapi yang ketinggiannya berada di 2930 MDPL.

Buku ini adalah salah satu dari 6 buku hasil hunting di Out of the Boox Desember 2019, sebelum pulang kampung untuk liburan akhir tahun. Setelah 2 bulan berlalu, aku baru sempat menikmati hasil perburuan itu sekarang. Dan buku ini, entah bagaimana, menjadi pilihan pertama dan terlihat lebih menarik dari 5 buku lainnya. Mungkin karena (lagi-lagi) aku sedang rindu naik gunung.

Buku ini bergenre antologi cermis (cerita misteri). Ada 3 kisah yang disuguhkan:
-          Langit Merbabu : Melampaui gunung, Semegah itulah cintanya, juga penyesalannya
-          Sang Imam : Makmumku adalah seribu jin dan malaikat Merapi

-        Rest (in peace) Area : Make a dangerous wish in 120 mph, And see what will happen next

Menurutku, cara penulis menyuguhkan kisah benar-benar keren. Penggambaran yang mendetail mengenai suasana gunung membuatku kembali bernostalgia dengan pengalaman pendakian September 2019 lalu di Gunung Gede, bahkan seperti bisa merasakan bagaimana menjejakkan kaki di tanah Merbabu dan Merapi. Ketika sang tokoh, Raras, sedang menarasikan kecintaanya pada gunung, aku bisa merasakan hal yang sama pula. Rasa tegang dan takut benar-benar terasa, bahkan urat-urat leherku rasa-rasanya juga ikut menegang ketika kejadian supranatural dialami Rahung di Pasar Bubrah Gunung Merapi. Ketika adegannya mendramatisir, aku bisa merasakan rasa sedihnya, haru birunya. Pokoknya ini buku bagus banget!

Dari tiga kisah itu, aku paling suka kisah ke-2 yang berjudul Sang Imam. Disini suasana mistis gunung diceritakan lewat alur-alur yang tak terduga. Pun bagaimana penulis memasukkan unsur Islami dalam kisahnya, membuatku semakin menyukai kisah ini. Kisah ini menyajikan sisi lain dari kisah pendakian, yang tidak hanya asyik dan melelahkan, tapi juga mengandung misteri. Bisa ditebak, kalau ibuku sampai membaca buku ini bisa-bisa aku tambah susah diizinkan naik gunung lagi. Haha.

Buku ini menurutku menjadi buku wajib yang harus dibaca para pecinta alam sekaligus pecandu buku. Percaya deh, kisahnya menggetarkan, alurnya tak terduga, cara penulisannya menghanyutkan. Buku ini akan sanggup membuat yang membacanya takut dengan kisah mistis gunung, sekaligus rindu ingin menjejaki kaki di salah satu puncaknya. Persisnya kisahnya tentang apa dan bagaimana, aku ngga mau spoiler, silakan beli dan baca bukunya sendiri. Hehe.

Oh iya hampir lupa. Dari 3 kisah yang ada di buku ini, salah satunya bukan tentang gunung ya, yaitu kisah ke-3 yang berjudul Rest (in peace) Area. Kisah ke-3 ini bercerita tentang tragedi lalu lintas di sebuah tol yang dipenuhi unsur mistik dan dialami oleh tiga bersahabat; Anjar, Gema dan Harap. Tapi kisah ini juga bagus kok. Karena sekali lagi alurnya sulit ditebak, bahkan endingnya juga membelalakkan, tidak terbayang sama sekali.

Nah rasanya sudah cukup ya aku menyanjung buku ini. Sepertinya tidak berlebihan kan karena aku menilainya berdasarkan apa yang aku rasakan sendiri ketika membaca lembar demi lembar buku ini. Lagi pula euforianya masih kental karena aku baru menyelesaikan buku ini semalam. Jadi, yaah, buku ini sekali lagi layak menjadi salah satu buku yang dikoleksi di rak buku kesayangan.

Cukup sekian reviewnya. Kutipan-kutipannya juga ngga kalah keren loh, kebanyakan tentang gunung. Bisa buat bahan caption Instagram. Haha.

KUTIPAN


Ia tidak diciptakan dari seonggok tanah, tetapi tetes-tetes air mata yang meruah.
Di tubuhnya tidak mengalir darah, tetapi semangat yang menzarah.
Yang berdegup di dada kirinya bukan jantung, melainkan gelombang tawa yang membuncah.
Yang memancang di punggungnya bukan tulang rusuk, melainkan tiang-tiang harapan yang menjulang gagah.
- Rons Imawan
(Hal. v)

Bersyukur adalah cara paling bijak untuk merasa lebih kendati kita berada dalam kekurangan dan keterbatasan.
- Rons Imawan
(Hal. vi)

Jangan pernah menggantungkan asa kepada seseorang yang kamu cintai. Jika suatu saat ia memutuskan hubungan makan putuslah asamu.
- Rons Imawan
(Hal. vi)

Percayalah, kebiasaaan menghabiskan uang jajan untuk membeli banyak kisah tidak akan pernah terbuang. Dunia ini begitu luas dan membentang, tetapi selalu muat di hati kalian. Jika tidak sanggup mengelilinginya, duduklah dengan manis, bacalah buku, maka dunia akan menyelusup ke dalam hati.
- Rons Imawan
(Hal. vi)

Jika buku sanggup menjadi kawan baik di tengah-tengah jagat yang diseraki kepalsuan, kamu boleh menyatakan diri sebagai mansuai yang tidak pernah kesepian.
- Rons Imawan
(Hal. viii)

Suatu bangsa tidak akan pernah kekurangan pemimpin apabila generasi mudanya gemar mendaki gunung.
- Anonim
(Hal. 2)

Menapaki gunung sama halnya seperti kamu menapaki diri sendiri.
Bukan untuk menaklukkan ketinggian, melainkan menaklukkan diri sendiri.
Bukan untuk memimpin orang lain, melainkan memimpin diri sendiri.
Perjuangan yang akan membuatmu tak sanggup menyangkal sesuatu yang sakral; seseorang yang mencapai puncak gunung menjadi saksi akan keindahan semesta.
Ia tidak bisa tidak berpikir akan kebesaran Tuhan.
(Hal. 3)

Jika kamu bertanya kenapa aku begitu suka naik gunung? Aku rasa sulit mengurai jawaban itu ke dalam bentuk kata atau suara. Di gunung hanya terdapat sesuatu yang bisa dirasa, bukan dijelaskan kata. Kakimu harus berpijak di sana untuk mengerti jawabannya.
(Hal. 3)

Hadiah paling berharga dari seorang pria untuk sang wanita adalah air matanya.
(Hal. 65)

Tak seorang pun sanggup menolongmu di dunia ini selain dirimu sendiri. Maka, jelajahilah puncak-puncak gunung dan segeralah kembali dengan menundukkan kepala. Hanya itu yang akan membuatmu kuat dan perkasa.
(Hal. 74)

Aku tidak selalu tahu ke mana kaki ini akan melangkah. Tetapi, kupastikan tahu ke mana langkah ini selalu kembali. Gunung. Ketinggian. Ke ribaan tangan Pencipta untuk menyaksikan langsung keagungan-Nya. Ke tempat di mana aku bisa menghilang dari peradaban, menikmati candu yang tak berkesudahan. Ke sana kakiku bakal selalu berpijak lagi.
(Hal. 85)

Selelah apa pun, atmosfer gunung tidak akan memberimu kesempatan untuk bersikap ketus. Ramah tamah dan kesantunan bakal menuntunmu menciptakan ruang persahabatan dengan siapa pun yang kamu papasi di jalan.
(Hal. 86-87)

Jika kita tak mampu meluluhkan hati seseorang dengan kata-kata atau tindakan, luluhkan ia dengan doa karena pemilik hati manusia adalah Tuhan.
(Hal. 129)

Ilalang tidak diberi kemampuan untuk tumbuh setinggi pohon-pohon karena angin kencang di atas sana akan mematahkannya. Sama seperti iman, semakin kokoh iman seseorang, semakin kencang cobaannya.
(Hal. 133)

Setiap berdiri di ketinggian, ada perasaan yang sukar dijelaskan oleh kata-kata. Rasanya seperti ... semua kesulitan mendadak jadi mudah, segala keinginan seolah-olah teraih, semua intimidasi berubah jadi inspirasi.
(Hal. 140)

Kalaupun harus patah hati, percayalah, itu lebih baik daripada melanjutkan hidup dengan dibayang-bayangi penyesalan karena cinta yang tidak pernah dikejar.
(Hal. 144)

Pencurian hati adalah kejahatan paling keji. Sayangnya, ia tak termaktub dalam hukum dan perkara. Padahal, sakitnya lebih mendera daripada pembunuhan berencana.
(Hal. 169)

Cinta melihat melalui teleskop, cemburu melihat melalui mikroskop.
- Josh Billing
(Hal. 173)

Tetapi, pada akhirnya aku sadar, tak semuanya harus terjawab. Ada bagian-bagian tertentu yang memang lebih baik dibiarkan terapung di udara, tak perlu aku memburunya.
(Hal. 175)

Sesumbar adalah hal paling tabu diucapkan di gunung mana pun.
(Hal. 178)

Ketika hatimu jatuh cinta kepada seseorang, sesungguhnya kau menyerahkan diri untuk dihancurkan.
(Hal. 180)

Patah hati tak hanya beriku rasa sakit secara psikis, tetapi fisik. Saat ia membludaki ruang kepalaku, reaksinya serta-merta merambat ke dada. Membuat dadaku membengkak dan akhirnya timbul rasa sakit yang menekan. Sesak. Menggencet seperti sebongkah beton yang dibenamkan di antara perut dan dada.
(Hal. 182)

Hanya kesabaran yang mampu menyelamatkan manusia dari seribu jenis penyesalan.
(Hal. 190)

Kita percaya yang dinamakan takdir, sebuah kata yang memiliki kekuatan hebat. Karena percaya takdirlah manusia bisa bertahan dari sakitnya kehilangan.
(Hal. 201)

Cinta lebih indah dirasa ketika keduanya sama-sama terjatuh, meskipun salah satunya harus menunggu.
(Hal. 249)

==============================================================

Nah itu dia review dan kutipan buku Langit Merbabu karya Rons Imawan.
Baca juga review dan kutipan buku-buku koleksi saya yang lain disini. Selamat membaca buku :)

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Soal E-Commerce BSI Pertemuan 1-6

14 Jenis Muamalah, Contoh dan Dalilnya