Review dan Kumpulan Kutipan Novel MERINDU BAGINDA NABI


DETAIL BUKU


Penulis         : Habiburrahman El Shirazy
Tahun          : 2018
Genre           : Novel Islami
Penerbit       : Republika
Cover           : Softcover
Tebal            : 176 halaman
Cetakan        : Original
Harga           : Asli Rp 48.000,- diskon jadi Rp 30.000 (Oktober 2019 – Event Jakbook Festival)
Keterangan : Cover Cetakan I, April 2018

REVIEW


Novel “Merindu Baginda Nabi” adalah novel karya Habiburrahman El Shirazy kedua yang saya baca. Kalau sebelumnya novel “Ayat Ayat Cinta” sangat terlambat saya baca (terbit 2004 dibaca 2019), novel ini adalah karya terbaru dari Habiburrahman El Shirazy yang saya baca setahun setelah novel ini terbit. Novel ini terbit April 2018, dan saya membacanya bulan November 2019.

Novel ini mengisahkan hidup seorang gadis bernama Rifa, atau Syarifa. Mulai dari perjalanannya kembali ke Indonesia setelah mengikuti pertukaran pelajar di Amerika selama setengah tahun, kemudian kisah balik bagaimana dia menjadi anak angkat Abah (Pak Nur) dan Ummi (Bu Salamah) sejak bayi, serta kehidupannya di sekolah dan pesantren asuhan Abahnya beserta suka dukanya.

Rifa, seorang gadis yang dibuang oleh orang tuanya saat dia masih bayi. Ditemukan oleh seorang nenek penjual pecel bernama Mbah Tentrem di suatu pagi di tempat sampah, kemudian dinamai Dipah. Lalu ia pun diasuh oleh sepasang suami istri yang tak dikaruniai anak, dan berubah nama menjadi Rifa. Meskipun dia “anak terbuang” yang ditemukan di tempat sampah, tapi kehidupannya indah dan diliputi banyak karunia.

Menjadi gadis sholeha, baik dan cerdas membuatnya memperoleh banyak rizki dan karunia. Orang tua angkat yang sangat baik, santri-santri di pesantren yatim dan dhuafa yang ia sayangi, sahabat yang selalu mendukungnya, guru-guru yang memujinya, kesempatan berkeliling dunia dan lain sebagainya adalah karunia Allah untuk Rifa. Namun dibalik itu Rifa juga memiliki konflik pertemanan dengan seorang rivalnya di sekolah bernama Arum. Rivalnya ini sering menimbulkan masalah dalam hidup Rifa. Dua kali dia mengalami kecelakaan karena ulah Arum.

Menurut saya pribadi, novel ini tidak se-menyentuh novel Ayat Ayat Cinta. Novelnya tipis hanya 176 halaman, sehingga menurut saya konfliknya tidak terlalu kuat karena hanya diuraikan dan diselesaikan secara singkat. Selain itu bagian kerinduan kepada Baginda Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi waa sallam tidak terlalu fokus dan mengena, padahal hal tersebut adalah judul dari novel ini.

Namun beberapa hal memang cukup menginspirasi, misalnya tentang keikhlasan Rifa dalam menerima masa lalunya, dan rasa syukurnya dalam menjalani hidup. Juga tentang kerja kerasnya yang tanpa ia duga ternyata memberikan hasil diluar dari bayangannya. Ia selalu percaya, tidak ada kebaikan yang sia-sia.

Lalu diluar dari cerita, hal yang saya sukai adalah penggunaan nama tokoh “Rifa” yang juga merupakan nama pena saya. Seperti nama instagram yang saya kelola yaitu @sahabat_reefa, Reefa disitu dibaca Rifa. Asal mula nama ini bermula dari jaman saya SMP yang suka mengarang-ngarang nama. Akhirnya dari nama Riyan Latifahul diambil dua suku katanya menjadi RIFA. Alay ya. Haha. Tapi nama itu Alhamdulillah masih dipakai sampai sekarang.

Selain itu setting keindahan sunrise di Bromo juga semakin menggugah saya untuk bisa menjamah tempat itu suatu saat nanti. Seperti biasa, keindahan alam adalah salah satu daya tarik yang tidak bisa saya hindari. Kebetulan saya juga sedang sangat ingin traveling ke Bromo, tapi belum terlaksana karna faktor dana. Hehe

Oke itu saja reviewnya. Kutipan-kutipan inspirasi sudah saya rangkum dibawah ini. semoga bermanfaat.

KUTIPAN


Kata Imam Syafi’i, makanan yang dihidangkan orang yang saleh dari rezeki yang halal itu syifa’, itu obat.
- Pak Nur
(Hal. 16)

Setiap keluarga punya cerita. Setiap keluarga punya cita-cita, harapan dan kebanggaan. Setiap keluarga punya cara berpikir dan jalan hidupnya masing-masing.
(Hal. 19-20)

Ketulusan ada dimana-dimana. Orang-orang baik bisa ditemukan di mana saja di atas muka bumi ini. kasih sayang dan kebaikan itu universal, secara fitrah semua manusia memilikinya. Adapun hidayah, Allah letakkan di hati siapa saja yang dikehendaki-Nya.
(Hal. 22)

Memiliki impian besar itu penting. Tidak semua orang bisa bermimpi besar. Atau tidak semua orang berani bermimpi besar.
(Hal. 29)

Mereka menang baca. Kalau kita sama kuatnya dalam membaca dengan mereka, kita akan sama majunya. Kita jangan minder sama negara luar seperti Amerika, Rusia, Cina, Jepang, Jerman, Australia, Korea dan lainnya. Ketika kita bisa mengatur waktu dengan baik, memanfaatkan waktu kita sama baiknya dengan mereka, disiplin tidak kalah, membaca sama kuat, kita bisa menang.
- Rifa
(Hal. 33)

Ingin jadi yang terbaik itu bagus, tapi jiwa ksatria dan sportif itu jauh lebih bagus dan mulia.
- Bu Ririn
(Hal. 39)

Tanpa dimulai dengan bismillah segala amal baik jadi sia-sia.
- Syifa
(Hal. 43)

Jangan sekali-kali mengajarkan sesuatu yang kita tidak memiliki ilmunya, tidak cukup ilmunya, nanti yang terjadi malah mengajarkan ilmu ngawur, ilmu otak-atik gathuk. Dan itu bisa menyesatkan. Itu bisa merusak agama.
- Pak Nur
(Hal. 54)

Jadi wong sing rumongso, ora sing rumongso wong. Orang yang merasa dan mengerti kondisi dirinya, bukan yang merasa jadi orang.
- Pak Nur
(Hal. 56)

Hidup ini untuk berjuang. Berjuang supaya dekat dengan Allah. Jalan dekat degan Allah itu bermacam-macam. Yang bermacam-macam itu muaranya akan satu, yaitu ridha Allah, selama ikut caranya Kanjeng Nabi. Semua cara yang tidak ikut Kanjeng Nabi, tidak akan sampai kepada ridha Allah.
- Pak Nur
(Hal. 58)

Jangan menjahati anak gadis orang lain. Kalau ada orang menzinai anak orang, maka anaknya akan dibalas dizinai orang. Ada orang menjahili anak orang, anaknya akan dijahili orang. Zina itu seperti hutang. Pasti akan dibayar atau dibalas pada keluarga yang melakukannya.
- Pak Nur
(Hal. 64)

Allah itu mengampuni hamba-hambaNya yang berdosa kecuali orang yang terang-terangan melakukan dosanya, yang maksiatnya dipamer-pamerkan. Perbuatan dosa yang terang-terangan, yang dipropagandakan itu menentang Tuhan.
- Rifa
(Hal. 80)

Dunyo iki isine ora mung wong apik, yo ono wong olo.
Dadi wong apik opo wong olo iku pilihan. Miliho dadi wong apik.
Nek awakmu dinakali wong yo ben, ora usah kok wales. Sing penting awakmu ora nakal lan oran nakali wong liyo.
Nek awakmu dijahati wong yo ben, ora usah kok wales. Sing penting awakmu ora jahat lan oran njahati wong liyo.
Nek awakmu dipitnah wong yo ben, ora usah kok wales. Sing penting awakmu ora mitnah wong liyo.
Nek awakmu agawe kaapikan ora dianggap karo wong liyo yo ben, ora usah dipikir Sebab Gusti Allah iku Moho Adil.
Kalau Allah bersamamu, apalagi yang kamu khawatirkan?
- Bu Salamah
(Hal. 86)

Karena tantangan hidup kalian kedepan semakin berat, teman terbaik kalian dalam menghadapi tantangan hidup adalah iman dan ilmu. Ilmu adalah investasi terbaik yang akan terus mendatangkan keuntungan setiap saat.
- Bu Ririn
(Hal. 89)

Baginda Nabi meminta kita, umatnya, agar menjadi orang-orang yang paling bermanfaat dan memberikan manfaat di atas bumi ini. kita akan bisa menjadi orang bermanfaat dan memberikan manfaat, kalau kita ini baik dan benar. Ini syarat pertama, kita jadi orang yang baik dan orang yang benar. Syarat kedua, harus memiliki sesuatu yang bermanfaat untuk disumbangkan. Dan syarat ketiga, harus memiliki keikhlasan.
- Pak Nur
(Hal. 116-117)

Kalau kita berbuat kebaikan tetapi tidak dianggap oleh orang lain, maka biarkan saja, tetap maju dan terus berbuat kebaikan. Jadilah seperti bumi, lihat keikhlasan bumi. Bila segala yang busuk dan buruk dilempar dan ditanam ke dalamnya, bumi tetap setia menumbuhkan buah-buahan yang segar dan harum.
- Pak Nur
(Hal. 117)

Yang luar biasa indah ini hanya sebagian kecil sekali, kecil sekali tanda kebesaran dan keindahan Allah. Ini baru melihat matahari terbit, kita sudah merasakan keindahan luar biasa. Bagaimana jika kelak kita melihat wajah Allah di surga. Puncak nikmat penghuni surga adalah melihat wajah Allah di surga dengan mendapatkan keridhaan dari Allah.
- Pak Nur
(Hal. 139)

Prestasi selalu menuntut kerja keras dan air mata.
(Hal. 153)

Diam-diam Rifa merasa iri dengan abahnya. Bagaimana abahnya bisa memiliki rasa rindu sedemikian dalam kepada Baginda Nabi? Ia berharap suatu saat juga memiliki rasa rindu seperti itu. Rasa rindu nan dahsyat yang hanya dikaruniakan oleh Allah kepada hamba-hamba terpilih.
(Hal. 156)


=======================================================================

Nah itu dia review dan kutipan novel Merindu Baginda Nabi karya Habiburrahman El Shirazy.
Baca juga review dan kutipan buku-buku koleksi saya yang lain disini. Selamat membaca buku :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Latihan Soal E-Commerce BSI Pertemuan 1-6

14 Jenis Muamalah, Contoh dan Dalilnya