Review dan Kumpulan Kutipan Novel MELBOURNE REWIND
DETAIL BUKU
Penulis : Winna Efendi
Tahun : 2013
Genre : Novel Fiksi
Penerbit : Gagasmedia
Cover : Softcover
Tebal : 328 halaman
Cetakan : Original
Harga : Rp 30.000,- (Oktober 2019 – Event
Jakbook Festival)
Keterangan : Cover Cetakan VI, 2016
REVIEW
Baiklah.
Mungkin ini review buku
terakhir di tahun 2019. Dan di akhir tahun ini, ternyata buku yang aku baca
adalah buku-buku yang sangat berbeda dari buku-buku sebelumnya. Inilah novel
Melbourne Rewind karya Winna Efendi, novel teenlit yang sudah diangkat ke layar
lebar.
Sebagai novel teenlit sudah
pasti isinya hanya cinta-cintaan SAJA. Aku menekankan kata SAJA karna memang
tidak banyak permasalahan lain yang diungkapkan selain cinta, cinta dan cinta. Aku
agak geli juga si waktu awal-awal baca novel ini, karena rasanya seperti
mengembalikan selera baca ke jaman-jaman SMK dulu. Hehe
Kabar baiknya adalah aku
menyelesaikan novel ini ketika libur akhir tahun, artinya sedang bebas dari
pekerjaan, kuliah dan masalah-masalah di kota rantau. Sedang menikmati
masa-masa liburan di rumah, sedang beberapa kali mellow karena nostalgia masa
lalu, dan seterusnya. Maka tema cinta-cintaan cukup bisa dicerna oleh otak ini
tanpa terlalu keras mencoba meresapi.
Novel Melbourne Rewind
adalah karya kedua Winna Efendi yang aku baca. Dulu sekali pas masih SMK aku
pernah membaca novel Refrain. Salah satu novel paling laris di perpustakaan
sekolah, harus ngantri jika ingin meminjam, dan sampul bukunya juga sudah entah
kemana. Saat masa-masa sekolah, novel seperti itu tentu saja PAS dibaca, karena
lagi jamannya cinta monyet. Tapi kalau di usia sekarang ini baca novel teenlit,
rasanya agak berasa lucu sendiri. Haha
Lalu kenapa tetep dibaca kalau
tau bakal terkesan lucu?
Yaah, bahkan waktu beli
novel ini pun tidak ada niatan mau dibaca sendiri, karna waktu beli novel ini
niatnya mau dikasihkan ke teman. Tapi karena satu dan lain hal akhirnya novel
ini tidak jadi dikasih. Ketika sudah tidak punya stok novel yang belum dibaca
akhirnya aku buka segel novel ini dan mulai ku baca. Jadi, novel ini bermula
dari ketidaksengajaan yang akhirnya dibaca sampai tuntas.
Penyajian novel ini mirip
seperti novel Konspirasi Alam Semesta (KOLASE). Jadi setiap chapter diberi
judul sama dengan judul lagu. Bedanya jika lagu-lagu di novel KOLASE adalah
karya original sang penulis novel, maka lagu-lagu di novel ini adalah lagu-lagu
favorit sang penulis novel dari berbagai band internasional.
Pada beberapa chapter
pertama aku coba putar lagu-lagu itu, tapi sayangnya selera musik di novel ini
berbeda dengan selera musikku, jadilah aku kurang menikmati. Selain itu
quotesnya pun tidak terlalu banyak. Hanya saja novel ini cukup memberikan
pelajaran cinta-cintaan. Juga pelajaran Bahasa Inggris karena percakapannya
yang campur Indo-Inggris, bahkan jadi terkesan kaya anak gaul Jaksel. Juga gambaran
Kota Melbourne.
Seperti judulnya, latar
novel ini adalah Kota Melbourne Australia dan segala hiruk pikuknya. Kalau dari
sisi moral, tentu saja nilai moralnya kurang bagus. Tokoh-tokoh disini
digambarkan suka clubbing, suka mabuk, bahkan hubungan laki-laki perempuan
dewasa. Yaah, dari sinilah saya pribadi kurang merekomendasikan novel ini jika sedang
mencari bacaan berbobot.
Mungkin itu saja reviewnya.
Sampai jumpa lagi di review buku-buku lainnya di tahun 2020. In syaa Allah
sudah ada 8 buku yang siap dibaca dan direview, 6 diantaranya beli di event Out
of the Boox Mizan tanggal 21 Desember kemarin, event bazar buku paling besar
yang pernah aku datangi. Sekian.
KUTIPAN
Masa lalu selalu memiliki
momen-momen tersendiri untuk membayangimu, lalu mengingatkanmu pada waktu yang
kurang tepat.
(Hal. 22)
Cinta itu rumit, tapi
setiap orang tidak sabar untuk jatuh ke dalam kerumitan itu, dan ikut
tersangkut dalam jaringnya.
(Hal. 52)
Nyaman adalah berbagi waktu
tanpa perlu merasa canggung. Nyaman adalah menikmati keberadaan masing-masing,
walau yang dapat kami berikan kepada satu sama lain hanyalah kehadiran itu
sendiri.
(Hal. 94)
Buat gue, perasaan paling
ngga enak sedunia adalah sesal. Apa pun yang lo lakukan, lo nggak akan bisa
menekan tombol rewind untuk kembali
ke momen saat segalanya berubah. Lo nggak akan bisa naik mesin waktu atau
memutarbalikkan jarum jam untuk kembali ke masa itu, untuk memperbaiki
kesalahan yang lo perbuat, atau mengembalikan keadaan seperti sebelumnya.
(Hal. 122)
I think falling in love is a scary feeling. Lo nggak pernah tahu apakah orang itu merasakan hal yang
sama, atau perasaan lo cuma bertepuk sebelah tangan. Bahkan, setelah lo tahu
perasaan itu nggak terbalas dan menerima hal itu, semuanya nggak akan lagi
sama. Akan ada hubungan yang rusak, rasa yang canggung, hati yang terluka. Begitu
pula kalau perasaan itu terbalas dan sebuah hubungan baru bermula.
(Hal. 145)
Butuh orang yang tepat
untuk menemukan perasaan-perasaan khusus. Those
kind of feelings don’t show with just anyone. It has to be with the right
person.
(Hal. 155)
Tangisan tidak hanya
diperuntukkan bagi orang-orang lemah. Tangisan diciptakan untuk orang-orang
kuat, untuk mengingatkan mereka bahwa kesalahan adalah sesuatu yang wajar, dan
tidak apa-apa jika sesekali kita merasakan takut, sesal ataupun sedih.
(Hal. 176-177)
Bagaimana caranya
mendefinisikan rasa untuk seseorang saat kau sendiri tak tahu apa yang
seharusnya kau rasakan?
(Hal. 198)
You can meet someone who’s just right, but he might not be
meant for you. You break up, you lose things, you never feel the same again. But
maybe you should stop questioning why. Maybe you should just accept it and move
on.
(Hal. 250)
Menjadi orang yang
ditinggalkan selalu lebih berat – kami dikelilingi oleh kenangan-kenangan yang
ada, tempat-tempat yang pernah dikunjungi bersama, orang-orang yang sama. Sementara
orang yang pergi terbebas dari itu semua; mereka memiliki kehidupan baru,
tinggal di tempat baru, bertemu dengan orang-orang baru.
(Hal. 305)
Self actualization is a funny thing. Seperti menyadari setelah betahun-tahun meminum jenis kopi
yang sama, ternyata sebenarnya kau tak begitu menyukai rasanya. Seperti bertahun-tahun
terkungkung dalam pekerjaan yang sama, dan baru menyadari kau punya potensi
lebih yang dapat digali. Seperti bertahun-tahun berteman dengan seseorang,
sampai suatu hari baru menyadari selama ini mencintainya. Kesadaran itu selalu
datang belakangan; kadang terlambat, kadang tidak.
(Hal. 310)
==============================================================
Nah itu dia review dan kutipan novel Melbourne Rewind karya Winna Efendi.
Baca juga review dan kutipan buku-buku koleksi saya yang lain disini. Selamat membaca buku :)
Komentar
Posting Komentar