Review Novel THE DEATH CURE - Buku #3 Seri Maze Runner
DETAIL BUKU
Penulis : James Dashner
Tahun : 2011
Genre : Novel Fantasi
Penerbit : Mizan Fantasi
Cover : Softcover
Tebal : 436 halaman
Cetakan : Original
Harga : Rp 40.000,- (Maret 2020 – Event Big
Bad Wolf)
Keterangan : Cover Cetakan XV, Desember 2017
REVIEW
Hello my month, April!
(hehe alay)
Kali ini aku akan mereview
novel fantasi lagi. Setelah sebelumnya aku pernah posting review novel
Allegiant – Buku #3 Divergent Trilogy dan novel Shadow and Bone, kali ini
giliran novel berjudul The Death Cure yang merupakan buku ke-3 dari seri Maze
Runner yang akan aku review.
Pasti pada tahu kan film
Maze Runner? Itu loh film lari-larian di labirin yang mayoritas pemerannya
cogan-cogan alias cowok ganteng. Wkwk. Kayanya kebanyakan yang suka film ini
pasti cewe deh. Secara dari nonton filmnya kita bakal cuci mata sama pemainnya
yang cakep-cakep, dan juga ngga banyak pemain cewenya. Tapi dilihat dari sisi
cerita juga ngga salah si kalo cowo suka serial ini, soalnya ceritanya seru
abis!
Film Maze Runner sendiri
adalah salah satu film scifi favorit aku. Dari sekian banyak film yang mengangkat
tema apokaliptik, film ini benar-benar punya sisi cerita yang keren,
menegangkan, penuh petualangan dan juga misteri. Selain juga karna faktor
pemain tadi, hehe. Aktor jagoan aku dari seri ini adalah Thomas Brodie-Sangster
alias Newt. Tampangnya yang super cute dan keliatan jauh dari umurnya itu
selalu bikin kesengsem, baik di film ini atau di film-film dia yang lain
(penggemar ceritanya, haha).
Aku beli buku ini di event
Big Bad Wolf (BBW) Jakarta pada Maret 2020 kemarin. Aku ngga bisa nahan godaan
untuk beli 3 buku terakhir dari seri ini, yaitu The Death Cure, The Kill Order
dan The Fever Code. Sedangkan 2 buku pertamanya ngga aku beli karna memang ngga
ada, yaitu The Maze Runner dan The Scorch Trials. FYI, untuk buku yang sudah
difilmkan baru buku dari seri 1-3 ya. Sedangkan untuk seri 4 dan 5 sampai
sejauh ini belum ada info apakah akan difilmkan juga atau engga.
Seri Maze Runner menceritakan
sekelompok anak muda yang harus berjuang bertahan hidup ketika menjalani
sederet test-test yang didalangi organisasi bernama WICKED. Mereka dianggap
anak-anak spesial karena kebal dari virus mematikan bernama Flare yang menyebar
pasca ledakan sinar matahari, sehingga segala aktivitas otak mereka
"dipelajari" demi bisa menciptakan obat dari penyakit yang menyerang
otak itu.
Nah seri The Death Cure sendiri
adalah fase dimana mereka sudah menyelesaikan tahap test di labirin (maze) dan
test di Scorch. Disini mereka hampir sampai ke tahap terakhir test ketika
mereka memilih untuk memberontak. Alasannya WICKED telah mengorbankan begitu
banyak nyawa demi test-test yang belum tentu berhasil itu. Dan mereka tidak mau
menjadi bagian dari test itu lagi, dibohongi untuk kesekian kali.
Secara garis besar aku
merasa banyak banget alur dari buku ini yang JAUH BEDA sama filmnya. Dalam
artian memang produser filmnya membuat versi film yang beda BANGET sama alur di
bukunya. Kamu yang nonton filmnya duluan baru baca bukunya, pasti bakal kaget
karena ceritanya ngga sesuai sama adegan-adegan di filmnya (atau kebalikannya? Ya
itu lah pokoknya).
Seperti misalnya kejadian
waktu Newt meninggal (ini scene yang bikin aku nangis bawang pas nonton). Di
film diceritakan Newt meninggal waktu dia udah mulai berubah jadi Crank (semacam
zombie) karena terjangkit virus Flare, lalu tidak bisa menahan diri untuk
menyerang Thomas. Waktu pertarungan itu entah gimana, pisau yang dipegang Newt
malah menusuk dadanya sendiri.
Sedangkan di bukunya (sorry
spoiler), Newt meninggal karena ditembak sama Thomas di bagian kepala karena
Newt sendiri yang minta. Newt, baik di film maupun buku, minta Thomas
membunuhnya karena dia ngga mau berubah jadi Crank. Cuma scene Newt pas
meninggal di film lebih terasa mengiris-iris sampe bisa bikin nangis!
Lalu di buku ini aku jadi
tahu gambaran Griever versi penulis. Kalo di film digambarkan Giever itu
seperti robot berbentuk seperti kalajengking, di bukunya Griever adalah makhluk
seperti siput berlendir yang mempunyai cangkang. Jadi beda banget kan. Hehe.
Dan sebenernya ada satu
part yang sangat menyentuh lagi pas nonton filmnya, dan pengen aku baca di
novelnya ini. Yaitu bagian waktu Thomas udah berhasil mengatasi semuanya, lalu
dia membaca surat yang sangat menyentuh dari Newt yang ditulis Newt sebelum dia
meninggal. Sayangnya di novelnya ngga ada part itunya. Huhu.
Tapi walaupun alurnya
sebeda itu, hal-hal penting yang menjadi inti cerita juga tetap ada, misalnya
Gally yang ternyata masih hidup, tentang kehancuran kota, tentang Teresa yang
akhirnya juga meninggal waktu gedung hancur saat penyerbuan kota, tentang
Janson yang ternyata mengidap Flare. Cuma hampir semua alurnya bener-bener
beda. Bahkan scene tempatnya juga ngga ada yang sama.
Penyajian cerita hampir
semuanya menegangkan dan penuh aksi. Jadi jangan harap ada baper-baperan di
novel ini. Setiap bab akan terus berlanjut dari scene satu ke scene yang lain,
dari problem satu ke problem yang lain. Dari buku yang tebelnya 400 lembar
lebih ini, pas baca berasa ngga ada istirahatnya karna selalu aja ada masalah.
Haha.
Selain itu penuturan yang
menggunakan sudut pandang ke-3 membuat buku ini tidak sedalam itu menyelami
perasaan para pemainnya. Beda dengan novel Allegiant yang sedikit ada sisi
romantisnya dan punya selipan quotes, novel ini ngga ada quotesnya sama sekali.
Jadi disini ngga ada kumpulan kutipannya seperti di review buku-buku yang lain.
Kalo ditanya lebih suka
versi yang mana? Aku bakal jawab lebih suka versi filmnya (tanpa mengurangi
rasa kagum sama penulisnya, hehe). Mungkin faktor paling utamanya adalah karena
emang aku udah lebih familiar sama versi filmnya, udah nonton beberapa kali
sampe hampir apal alurnya, terus baru baca bukunya. Jadi berasa versi bukunya
ini ngga kebayang di imajinasi karna udah ketutup sama scene film yang jelas
lebih real karna nonton langsung.
Cuma aku ngga nyesel kok
beli buku ini walaupun harganya agak lebih mahal dari buku-buku bazar lainnya,
hehe. Cover bukunya bisa jadi pajangan di rak buku, apalagi ada foto Newt-nya kan,
hihi. Oh iya aku baca buku ini pas masa-masa WFH (work from home) efek wabah
Corona alias Covid 19 yang lagi menjangkiti Indonesia. Jadi berasa nyambung apa
yang aku baca dengan keadaan sekarang, sama-sama tentang wabah mematikan.
Semoga wabah ini segera berakhir. Aamiin.
Film ini recomended banget
buat kalian yang suka film scifi. Bukunya juga wajib dibaca kalau kalian lebih
suka baca buku dibanding nonton film. Nah next aku bakal baca buku lanjutannya
yaitu seri ke-4 yang judulnya The Kill Order. Nanti aku juga bakal review
disini. Dan maafkan kalo review buku kali ini agak ngalor ngidul, bahkan
terkesan membanding-bandingkan buku sama filmnya. Hehe.
==============================================================
Nah itu dia review novel The Death Cure karya James Dashner.
Baca juga review dan kutipan buku-buku koleksi saya yang lain disini. Selamat membaca buku :)
Komentar
Posting Komentar