Sharing Session Buku YA ALLAH, IZINKAN DIA UNTUKKU
DETAIL BUKU
Penulis : Burhan Sodiq
Tahun : 2012
Genre : Agama Islam
Penerbit : Samudera
Cover : Softcover
Tebal : 166 halaman
Cetakan : Original
Harga : Rp 22.500,- (Agustus 2020 – Onlineshop)
Keterangan : Cover Cetakan VIII, September 2019
REVIEW
Assalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh.
“Tiada yang lebih menderita daripada orang yang dimabuk cinta sekalipun hawa nafsu merasakan kenikmatannya. Bila berjauhan dia menangis karena rindu. Bila berdampingan diapun menangis juga karena takut berpisah”. (Ibnul Qayyim Al-Jauziyah)
Di postingan kali ini saya ingin membahas mengenai salah satu buku dari enam karya Ustadz Burhan Sodiq yang saya miliki. Buku ini berjudul “Ya Allah, Izinkan Dia Untukku”.
Enam koleksi buku Ustadz
Burhan Sodiq yang saya punya yaitu :
2. Ya Allah, Aku Tak Ingin Sendiri
3. Ya Allah, Izinkan Dia Untukku
4. Ya Allah, Aku Ingin Menikah
5. Temukan Aku Dalam Istikharahmu
6. Jatuh Cinta Sama Allah Saja!
Menariknya buku Ustadz Burhan Sodiq, selain gaya bahasanya yang ringan dan buku yang tidak terlalu tebal, tema setiap bukunya juga berbeda-beda sehingga mudah dipahami dan disesuaikan dengan kebutuhan.
Setelah di review sebelumnya kita membahas buku mengenai “jatuh cinta” dan “penantian”, di buku ini adalah tentang mengelola hati yang sudah terlanjur tertawan namun masih belum mampu menindaklanjutinya dengan pernikahan.
Gimana si kalo kita udah terlanjur “jatuh cinta” sama seseorang? Masa iya pacaran? Ya jelas engga lah. Tapi mau menikah juga belum mampu dan belum siap. Nah jawabannya ya ada di buku ini.
Kita diajak untuk berfikir dan merenung bagaimana sikap yang seharusnya dilakukan (baik bagi laki-laki maupun perempuan) ketika perasaan itu tumbuh namun belum mampu untuk menikah. Yang inti dari semua nasihat di buku ini adalah “menjaga diri”.
Sebagai laki-laki tak semestinya mengutarakan rasa jika memang belum ada niatan untuk segera melamar dan menikahi. Dan sebagai perempuan harus pandai-pandai menyeleksi mana laki-laki yang bersungguh-sungguh dan mana yang hanya bermain-main.
Tema yang terus bersambung dari buku sebelumnya, dan masih tetap recommended untuk dibaca. Semoga Allah selalu menjaga hati kita dari hubungan yang tidak halal dan belum waktunya. Aamiin.
Demikian review saya kali ini.
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wa barakatuh.
KUTIPAN
Ibaratnya lokomotif, suami
penentu ke arah mana gerbong keluarga akan melaju.
(Hal. 23)
Aku ingin memiliki pasangan
hidup yang bisa membuat aku bahagia. Dengan bersamanya aku dapat lebih kuat
menopang kekurangan dan kelemahanku. Dengan bersamanya aku lebih mampu bertahan
dengan derasnya ujian. Maka ya Allah, jagalah dia untukku. Siapa pun dia di
sana. Karena aku tidak begitu tahu orang seperti apa yang akan aku dapatkan.
Karena aku yakin, bila aku baik, maka akan mendapatkan pasangan yang baik.
(Hal. 42)
Mendapatkan lelaki
berakhlak mulia adalah salah satu hal yang wajib bagi rumah tangga yang
menginginkan kebahagiaan. Tanpa seorang lelaki yang mampu menghormati,
menghargai dan memahami istrinya, maka rumah tangga mustahil bahagia.
(Hal. 51)
Kuserahkan penjagaannya
kepada-Mu ya Allah. Karana pada-Mu-lah hamba berserah diri. Selagi dia belum
halal untukku. Selagi dia masih menjadi asing bagiku.
(Hal. 60)
Perjumpaan yang tidak
sengaja, pertemuan yang tak direncanakan, dan pandangan yang mencuri-curi
menjadi sebab munculnya paras indah di mata kita. Akhirnya hati pun yang tak
kuasa untuk menanggung beban. Dahsyatnya fitnah rindu pada bayangan yang
melenakan hati dan pikiran. Inginnya segera memiliki tapi aral melintang bertubi-tubi.
Masih kuliah, kerjaan belum mapan, dan seabrek alasan yang menggiring pada
keputusan pending hingga tak tentu kapan. Hanya lantuan bait doa yang indah
untuk dia yang masih jauh tersentuh. Masih menjadi bintang di langit yang
tinggi menjulang. Tak kuasa tangan mendapatkan, tidak berarti mulit berhenti
komat-kamit mendoakan.
(Hal. 60)
Aku percaya Allah akan
menilai usaha kita ini. dari peluh seorang pria yang hanya ingin kebahagiaan
buat istri dan keluarganya. Dari keringat seorang pria yang berharap rezeki
yang melalui tangannya bisa halal dan barakah untuk semua.
(Hal. 91)
Karena rangkaian hidup ini
adalah sebuah misteri panjang yang tak pernah dapat ditebak secara akurat oleh
siapa pun. Termasuk salah satunya adalah jodoh. Secara logika aku paham dan
sangat mengerti bahwa tak ada yang pasti pada hari esok termasuk apakah
nantinya jodohku adalah dia yang kuharapkan atau orang lain. Jika memang sesuai
persangkaanku, aku memohon pada Allah agar aku pantas untuknya dan memang
tercipta untuknya. Hingga suatu saat nanti Allah menjawab misteri kehidupan
kami (apakah kami bersama atau tidak) mungin mulutku tak akan pernah berhenti
melantunkan doa-doa untuknya.
(Hal. 104)
Komentar
Posting Komentar